Page 101 - index
P. 101
Dari banyak kajian yang dilakukan, sikap terhadap dampak
teknologi digital dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu kelompok yang
beranggapan bahwa teknologi digital mengancam perkembangan
perilaku membaca dan kelompok yang menyatakan bahwa teknologi
digital hanya mengubah sifat aktivitas membaca. Sejumlah ahli
berpendapat bahwa kehadiran media digital bersamaan dengan
fragmentasi dari hypertext justru mengancam keberlanjutan kegiatan
membaca (Birkets, 1994; Healy, 1990 dalam Ziming Liu, 2008: 53–70).
Birkets (1994) lebih lanjut juga menyatakan bahwa pada generasi yang
lebih muda jika tumbuh dewasa di dalam lingkungan digital akan
mengurangi kemampuan untuk membaca.
Namun Bolter (1991) berpendapat lain, perubahan dari media
cetak ke komputer tidak berarti berakhirnya era literasi itu sendiri,
namun literasi terhadap koleksi cetak, teknologi elektronik memberikan
jenis buku baru dan cara baru dalam menulis dan membaca. Media
digital berkontribusi terhadap sebuah perubahan transformatif dalam
membaca. Mereka juga memperkenalkan sejumlah keuntungan
yang secara tradisional tidak terdapat pada dokumen cetak, seperti
interactivity, nonlinearity, immediacy dalam mengakses informasi, dan
konvergensi dari teks, gambar, audio, dan video (Landow, 1992; Lanham,
1993; Murray, 1997; Ross, 2003). Terkait dengan jenis buku baru dalam
era digital, Lanham (1995) membandingkan perbedaan antara literasi
cetak dengan literasi digital. Dia menegaskan bahwa di era cetak, ide
dan ekspresi menjadi satu secara virtual. Literasi digital bekerja dalam
cara yang berbeda. Literasi digital dapat meningkatkan kemampuan kita
membuat informasi menjadi lebih sesuai pada penerima informasi.
Terlepas dari seseorang menyukai media digital atau tidak,
membaca dan literasi menjadi sesuatu yang diberi pengertian yang
baru lagi setelah kedatangan teknologi digital. Hal ini merupakan
suatu perubahan yang perlu direspons dan diantisipasi ketika hendak
mengembangkan budaya membaca di era digital.
Tempat sebagian besar responden mengakses bacaan di dunia
maya umumnya adalah di rumah (36%) dan di sekolah/kampus (29,3%).
Sebagian besar responden mengaku tidak pernah mengakses bacaan
digital di pusat perbelanjaan (86,4%). Sebanyak 21,4% responden
mengaku sering mengakses bacaan di dunia maya di warnet. Bagi
responden yang tidak berlangganan internet di rumah, mereka
terkadang memang akan memanfaatkan waktu berselancar di dunia
maya di warnet. Ongkos warnet yang murah dan lokasinya yang dekat,
TEMUAN DAN ANALISIS DATA 87

